" Rental Mobil Sukabumi - Jaja Suandi H.

Situs Gunung Padang, Piramida Unik dari Cianjur

2komentar

Situs Megalitik Gunung Padang adalah peninggalan bersejarah dari Zaman Prabu Siliwangi dari Kerajaan Sunda pada abad ke 15 serta terbesar di Asia Tenggara dengan luas bangunan purbakalanya sekitar 900 m2 di areal sekitar 3 Ha. 
Di Situs ini, juga sudah di ketemukan Guratan Senjata Kujang, Tapak Kaki Harimau di Batu, Batu Panjang yang dapat mengeluarkan, bunyi – bunyian seperti Gamelan bila di sentuh, Air Suci yang dapat membuat awet muda, dll.
Bangunan Punden berundaknya ini dari Batu Vulkanik alami dengan ukuran yang berbeda – beda serta unik dan ke tinggian situs ini, 885 m dari permukaan laut dengan lokasi di Gunung Padang, Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur.

IMG_7546

Bebatuan yang berserakkan dari Situs Megalitik ini, berada tepat di Puncak Gunung Padang dengan bebatuannya yang di perkirakan telah berusia 4000 – 9000 Sebelum Masehi, sedangkan Situs Megalitiknya sendiri, berasal dari periode 2500 – 4000 Sebelum Masehi serta lebih tua dari Situs Megalitik - Machu Picchu yang berada di Peru, Mexico atau se zaman dengan bangunan Piramida pertama di Mesirm, di samping itu, kalau di telaah secara Astronomis, Situs Gunung Padang ini pada zaman masa pra-sejarah menunjukan lokasinya, berada tepat di Bawah Langit yang merupakan jalur lintasan Galaksi Bima Sakti yang padat bintang.
Perjalanan menuju Gunung Padang - Cianjur
Dari Jakarta kita berangkat jam 4 sore. Kita ke Sukabumi melalui jalur alternatif Cihideung dari Bogor-Sukabumi, tidak dari jalan utama Ciawi-Sukabumi, karena pasti akan macet parah karena perbaikan jembatan yang pernah longsor di Cigombong.
Sampai Sukabumi sekitar jam 8 malam, kita langsung wisata kuliner ke tempat-tempat makan yang saya sebutkan di atas. Setelah kekenyangan, Sekitar jam 10 malam kita lanjutkan perjalanan ke arah Cianjur. Jalur Sukaraja,Sukabumi-Cianjur ini parah banget, lubang-lubang jalan berbagai ukuran berserakan di berbagai sisi jalan. Sangat memprihatinkan untuk jalan utama lintas kota, apalagi katanya Gubernur Jawa Barat itu orang Sukaraja.
Saya agak lupa-lupa ingat dimana lokasi belok ke arah Gunung Padang dari jalan raya Sukabumi-Cianjur ini, untung ada gps yang memberi informasi beberapa meter ke depan harus belok kanan. Dan benar, papan petunjuk arah ke Situs Gunung Padang sudah terlihat, dan kita pun keluar dari jalan raya menuju jalan pedesaan ke arah situs gunung padang.
Saat itu hampir jam 11 malam, mobil kita melaju pelan melintasi jalanan beraspal kasar yang sangat gelap, minim penerangan jalan. Desa yang kita lewati sudah sepi, tidak banyak aktifitas penduduk,dan hanya sesekali kita berpapasan dengan mobil atau motor. Jalan beberapa menit, pedesaan sudah berganti menjadi area hutan, lebih gelap lagi. Lalu selang beberapa menit, ada lagi area pedesaan, lalu area perkebunan, begitu seterusnya. Saya sangat ragu untuk melanjutkan perjalanan dan menyarankan untuk cari masjid atau pos ronda untuk parkir mobil, dan kita tidur di dalam mobil sampai besok pagi.Jarang terlihat penduduk yang dapat kita tanyai petunjuk jalan. Sepiiiii bangetttttt…..
Lalu setelah hampir 30 menit perjalanan, terlihat beberapa bapak-bapak sedang menbuat api unggun di depan sebuah warung. Saya pun bertanya dan meminta ijin apakah boleh untuk numpang nginep disitu. Bapak-bapak tersebut malah meyakinkan kalau aman untuk melanjutkan perjalanan, katanya ke lokasi gunung padang sekitar 1-2 jam an lagi. Kalau mau menginap, bisa di area sekitar stasiun Lampegan yang lebih ramai. Mereka menginformasikan juga kalau saat-saat ini sudah mulai banyak rombongan dari Jakarta atau Bandung yang jalan malam-malam ke Gunung Padang. Berbekal informasi itu, kita pun melanjutkan perjalanan ke Gunung Padang.
Jalanan masih cukup lebar sampai di pertigaan stasiun Lampegan. Di pertigaan stasiun Lampegan ini kita bertanya petunjuk jalan ke orang-orang yang ada di warung, diinformasikan bahwa jalanan bagus walau melewati area perkebunan teh. Dan benar, jalanan memang bagus, terlihat aspalnya yang masih baru. Tidak lama melewati jalanan ini, terlihat spanduk membentang “Selamat Datang Presiden RI, Bapak Susilo Bambang Yudhoyono”. Oooo …… pantes. Menurut informasi, Presiden dan rombongan naek kereta dari Bogor dan turun di stasiun Lampegan. Jadi ya wajar, jalan nya yang bagus hanya setelah area stasiun Lampegan aja. Dasar.
Saat itu,dijalanan sepi area perkebunan teh ini, kabut tebal turun. Jarak pandang kita tidak sampai 50m, mungkin sekitaran 10 meter. Tidak ada marka jalan,hanya batas pepohonan yang samar terlihat di salah satu sisi jalan yang menjadi petunjuk kita untuk kapan harus berbelok. Jurang disisi yang lain. Perlahan kita sudah menembus kabut, melewati area perkebunan teh lainnya yang sudah dekat dengan lokasi Situs Gunung Padang.
Banyak rambu petunjuk arah lokasi Situs Gunung Padang, sangat membantu kita di saat tidak ada orang yang bisa ditemui untuk menanyakan petunjuk arah. Sesaat setelah memasuki gerbang area Situs Gunung Padang, tampak terlihat area parkir luas di sisi kiri dengan deretan rumah penduduk di sisi kanan. Terlihat beberapa rumah menyediakan jasa menginap, jasa toilet, Mushola, atau warung. Seingat saya 5 tahun lalu belum begini ramai.
Kita terus melaju ke atas, hingga sampai persis di depan area situs. Tampak beberapa mobil dan motor sudah terparkir, bahkan ada tenda yang berdiri di area parkir. Cukup ramai tampaknya.
Di depan pintu masuk juga sudah berdiri bangunan yang bagus, antara lain tempat informasi dan pos jaga area ini, loket, Mushola, dan Toilet. 

20140316_002848
    
                                                     Foto di ruang informasi


Setelah Sholat dan istirahat sejenak, sekitar jam setengah 1 dini hari, kita putuskan untuk langsung naek ke atas. Sekarang, ada 2 rute untuk naik ke aras. Yang pertama,jalur asli yang terbuat dari batu alami, berjarak sekitar 180 meter dan cukup curam. Yang kedua, jalur baru berbeton berjarak 300 meter, yang lebih landai tapi agak memutar. Terima kasih kepada Ibu Presiden, ibu Ani Yudhoyono yg katanya karena beliau jalur ini dibuat. Hehe… 
Kita memilih rute yang landai, dengan dipandu oleh pemandu setempat yang bernama kang Hendar. Kalau malam2 begitu, harga tiket masuk dan harga jasa pemandu adalah “terserah”. Hehe…
Jalur beton ini cukup bagus, ada pagar besi atau kayu di salah satu sisi untuk membantu pegangan. Hanya ada 2 senter di rombongan kita, tetapi untungnya bulan purnama cukup membantu kita menerangi jalan.
Tidak sampai 30 menit perjalanan santai, kita sudah sampai di salah satu sisi area Situs Gunung Padang. Kita langsung menuju ke area teras pertama yang berlokasi paling depan dari arah gerbang masuk. Total area ini ada lima teras, dengan teras kedua yang posisinya paling tinggi. Ada pohon besar yang berdiri kokoh di puncak teras kedua. Banyak sekali batu-batu balok berbagai ukuran yang berserakan. Beberapa membentuk suatu susunan.
Kang Hendar memandu kita melalui setiap teras, dengan menceritakan berbagai kisah dan keunikan yang ada. Keunikan-keunikan yang ada antara lain, ada batuan lebar yang bisa berbunyi saat ditabuh, ada bekas telapak kaki di bebatuan, ada bekas senjata kujang di bebatuan, dan lain-lain. Sesampainya di teras kelima, disisi kanan berdiri bangunan bertingkat berupa bale-bale, dan di sisi-sisinya terdapat bangunan semi permanen berupa warung. Suara dengkuran yang saling sahut-menyahut menandakan ada banyak orang yang sedang terlelap di sana.
Setelah merebahkan badan sejenak di bale-bale, kita mulai untuk memotret suasana malam. Sangat sayang, bulan purnama cukup menggangu untuk memotret bintang dengan jelas.

                                            Deretan batu-batu di teras kelima

IMG_7520



                                                       Bale-bale di teras kelima

IMG_7536


Di sela-sela memotret, saya sempat merebahkan badan sejenak di atas bebatuan yang tersusun rapi menyerupai alas tidur. Cukup nyaman. Suasana cukup khusyuk, angin berhembus tidak begitu dingin menambah syahdu suasana purnama saat itu. Asik banget rasanya. Asik. Seakan-akan saya ikut menyelami karya budaya nan adi luhur tersebut.
Kita memotret bebatuan sampai sekitar jam 3 pagi. Lalu kita menuju ke salah satu warung yang ada. Di bale-bale bambu warung tersebut, kita memejamkan mata sejenak. Hanya jaket yang kita pakai yang berguna untuk menahan dingin. Yup… benar-benar sejenak. Sekitar jam setengah lima kita sudah bangun, untuk mencoba memotret suasana pagi.
Kita menuju puncak teras kedua, untuk mencoba memotret teras pertama yang terhampar di depan dengan bukit-bukit yang berdiri megah di kejauhan menjadi background. 


                                      Teras pertama dilihat dari atas teras kedua

IMG_7541

                                          Teras kedua, dilihat dari teras pertama
IMG_7546



                               . Susunan bebatuan dengan background kabut
IMG_7556_7
                                                     

                                                   Layer kabut di kejauhan
IMG_7571


Berikut beberapa contoh detail susunan batu yang ada. Batu-batu tersebut rata-rata berupa balok dengan sisi segi lima. Sisi segi lima ini dipercaya menambah kuat formasi susunan batu jika saling tumpuk. Untuk batu lebar yang bisa ditabuh, saat ini dilarang untuk ditabuh karena akan merusak keaslian batu tersebut.

.
IMG_7584



IMG_7576


 Aktifitas penduduk setempat dan pengunjung sudah mulai rame. Loket sudah buka, yang ternyata harga masuknya Rp2,000 untuk turis domestik, dan Rp 5,000 untuk turis luar negeri. Murah sekali untuk sebuah pengalaman menikmati warisan budaya yang kuar biasa tersebut.
Oiya, yang mau menginap, ada rumah-rumah penduduk yang sengaja disewakan. Tarifnya “terserah” dengan kisaran Rp25rb -Rp70rb per orang per malam. Nego ya.
Untuk contact person, coba hubungi Abah Dadi di 0813 8590 1950. Beliau memperkenalkan diri sebagai perwakilan Kementrian Pariwisata yang mengelola tempat ini. 


Sumber :   jelajahsukabumi.com
IKLAN SPONSOR DARI GOOGLE :
Bagikan Artikel :

+ komentar + 2 komentar

9 Januari 2017 pukul 19.55

Nisa Rental Mobil Sukabumi melayani pesanan sewa kendaraan mobil dari hotel-hotel yang berada di kota Sukabumi, Pelabuan Ratu, Ujung Genteng, Surade, Jampang tengah, Jampang kulon, Cibadak, Cicurug, Parungkuda, Lido, Bogor, Jakarta, Bekasi, Tangerang, Jabodetabek
dan sekitarnya.
Hotel-hotel Sukabumi : Hotel Anugrah, Hotel Maxone Sukabumi, Hotel Horison Sukabumi, Hotel Taman Sari, Hotel Fresh, Hotel Jazz ,Hotel Selabintana Resort, Hotel Augusta
Sukabumi, Inna Samudra Beach hotel - Pelabuan Ratu, Hotel Bayu Amrta - Pelabuan Ratu
Sukabumi, Turtle Beach Hotel, Ocean view Ujung genteng, Pondok Hexa - Ujung Genteng Sukabumi.

26 Januari 2017 pukul 22.05

rental mobil sukabumi rental mobil sukabumi rentalmobil sukabumirental mobil sukabumi rental mobil sukabumi rentalmobil sukabumirental mobil sukabumi rental mobil sukabumi rentalmobil sukabumirental mobil sukabumi rental mobil sukabumi rentalmobil sukabumirental mobil sukabumi rental mobil sukabumi rentalmobil sukabumirental mobil sukabumi rental mobil sukabumi rentalmobil sukabumi

Posting Komentar

 
Support : Nisa Trans Sukabumi | Nisa Rent car| Rck Rent car | Nisa Elf | Nisa Mobil | Rental Sukabumi
Copyright © 2011. Nisa Rental Mobil Sukabumi - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modify by Jaja Suandi H
Proudly powered by Blogger